PJ Ketua PB HMI Romadhon JASN : Mengenal Dudung 'Si Loper Koran' Calon KSAD
Senin, 08 November 2021 - 11:23 WIB
Presiden Jokowi telah melabuhkan pilihannya kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Andika Perkasa sebagai calon penerus Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Bila saja Jenderal Andika berhasil lolos dari fit and proper test di Parlemen, tentunya jabatan KSAD akan kosong. Kekosongan jabatan KSAD inilah yang saat ini menjadi perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat. Dan tentunya, masyarakat Indonesia sangat menantikan dan berharap posisi ini (KSAD) akan jatuh di tangan Jenderal yang tepat.
Posisi KSAD adalah salah satu posisi strategis di tubuh Tentara Nasional Indonesia.
Tugas besarnya adalah sebagai pembina kekuatan, kemampuan dan kesiapsiagaan matra darat. Tak hanya bertugas untuk memastikan hal-hal tersebut berjalan dengan baik, menurut Khairul Fahmi, pakar militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), seorang KSAD dituntut mampu menjawab kebutuhan atau tantangan dalam soal meningkatkan Integritas Prajurit dan Modernisasi Alutsista.
Dua poin besar yang telah dipaparkan Khairul Fahmi soal Integritas Prajurit dan Modernisasi Alutisista dewasa ini menjadi sepasang persoalan subtansial bagi seorang KSAD. Seorang KSAD harus mampu meningkatkan Integritas, kecakapan dan kompetensi, hingga kepatuhan hukum prajurit, khususnya bagi mereka yang diterjunkan di daerah konflik agar mampu menjalankan tugas yang senafas dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam soal modernisasi Alutsista, seorang KSAD harus mampu melakukan modernisasi Alutsista hingga mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi zaman yang sudah berbasis 4.0.
Biografi Kecil Dudung
Dalam bursan calon Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), nama Letnan Jenderal Dudung Abdurachman adalah salah satu nama yang paling populer diantara nama-nama Jenderal bintang tiga lainnya. Selain populer di telinga masyarakat dan juga pengamat, nama mantan Pangdam Jaya ini juga dikenal oleh banyak anggota Parlemen hingga Istana Negara, dalam hal ini Presiden Joko Widodo.
Tak hanya terkenal atau ngepop, track record atau rekam jejak Dudung sebagai Perwira TNI pun terbilang sangat baik. Dirinya pernah tercatat sebagai Wakil Gubernur Akademi Militer (Akmil) pada tahun 2015, Staf khusus KSAD dan Wakil Asisten Teritorial (Waaster) Kasad, sebagai Gubernur Akmil 2020, menjadi Pangdam Jaya pada tahun 2020, dan kemudian menjadi Pangkostrad TNI AD hingga saat ini.
Selain pernah mengisi sejumlah jabatan strategis di tubuh TNI Angkatan Darat, Letjen Dudung dikenal sebagai figur yang sangat nasionalis, humanis, sederhana dan berani pasang badan bila ada pihak-pihak yang berupaya mengancaman NKRI. Sikap heroiknya yang menonjol ini bukan suatu yang artifisial atau rekayasa, melainkan dibentuk dengan kerasnya pengalaman hidup yang diterimanya sejak kecil.
Dalam sebuah wawancara, Dudung mengaku tumbuh besar di lingkungan yang sangat sederhana. Ayahnya adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) meninggal dunia sejak Dudung masih SMP. Ayahnya meninggalkan seorang istri dan delapan orang anak. Selepas kepergian sang Ayah, Dudung harus terjun membantu ibunya. Sejak duduk dibangku SMA, dirinya pernah menjadi Loper Koran hingga penjual makanan keliling di seputaran asrama Kodam III Siliwangi, Jawa Barat.
Dalam soal kesederhanaan, Letjen Dudung barangkali adalah salah satu perwira TNI berpangkat Letjen yang tidak memiliki kekayaan yang besar. Sejak dirinya ditunjuk sebagai Pangkostrad, Letjen Dudung hanya miliki kekayaan senilai Rp. 1.085.464.275. Hal itu ditegaskan dalam Laporan Harta Kekayaan Negara (LHKPN) yang dilaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi [KPK] pada tanggal 21 Februari 2021. Selain itu, Dudung tercatat memiliki dua aset berupa tanah dan bangunan yang merupakan hasil sendiri senilai Rp. 640 Juta.
Penjaga Pancasila
Akrabnya nama Letjen Dudung di telinga masyarakat, pengamat dan juga Presiden kita, Joko Widodo memiliki alasan yang sangat logis. Letjen Dudung dikenal sebagai figur Perwira yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap persoalan-persoalan yang mengancam stabilitas negara dari praktik-praktik infiltrasi ideologi import yang disebarluaskan oleh orang-orang yang anti Pancasila. Yang paling viral dan basah di ingatan masyarakat luas adalah ketika Letjen Dudung menjabat sebagai Pangdam Jaya. Pada saat itu Letjen Dudung secara terang-terangan mengecam dan mengusulkan pembubaran ormas radikal tersebut. Dan usulan Dudung tersebut akhirnya menjadi kenyataan.
De facto, ancaman terhadap ideologi Pancasila sebagai pedoman hidup masyarakat bukanlah sekedar ‘isapan jempol’. Kelompok-kelompok radikal ekstrem telah melakukan sejumlah upaya untuk merubah Arah Pikiran Bangsa. Eksistensi gerakan bawah tanah kelompok radikal ekstrem ini akan menjadi masif bila dibiarkan. Dan pada posisi ini masyarakat sangat membutuhkan figur Prajurit yang mampu mengantisipasi merebaknya kelompok-kelompok tersebut. Dan tak salah mengapa nama Letjen Dudung Abdurachman kemudian menjadi ‘ngepop’ di ingatan masyarakat dalam persoalan ini.
Tulisan ini pada dasarnya ditujukan bukan untuk mengekstrapolasi atau melebih-lebihkan figur Letjen Dudung. Tulisan ini hanyalah fragmen atau kepingan kecil yang disusun dari sejumlah sumber terpercaya untuk menimbang ‘Kehendak Masyarakat’ dalam hal regenerasi kepemimpinan TNI AD, khususnya Jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang akan segera ditinggalkan Jenderal Andika Perkasa yang sebentar lagi akan memasuki fase Fit and Proper Test sebagai calon Panglima TNI di Gedung Senayan.
Munculnya nama Letjen Dudung sebagai salah satu calon penerus Jenderal Andika Perkasa, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) di media massa, tentu memiliki sejumlah alasan kuat yang bisa dipertanggungjawabkan. Karena bagaimanapun posisi ini [KSAD] harus dilabuhkan kepada figur yang memiliki pengalaman, kapasitas dan integritas moral yang kuat. Dan tak salah mengapa masyarakat lebih memilih Letjen Dudung sebagai Calon Penerus Jenderal Andika Perkasa.
Posisi KSAD adalah salah satu posisi strategis di tubuh Tentara Nasional Indonesia.
Tugas besarnya adalah sebagai pembina kekuatan, kemampuan dan kesiapsiagaan matra darat. Tak hanya bertugas untuk memastikan hal-hal tersebut berjalan dengan baik, menurut Khairul Fahmi, pakar militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), seorang KSAD dituntut mampu menjawab kebutuhan atau tantangan dalam soal meningkatkan Integritas Prajurit dan Modernisasi Alutsista.
Dua poin besar yang telah dipaparkan Khairul Fahmi soal Integritas Prajurit dan Modernisasi Alutisista dewasa ini menjadi sepasang persoalan subtansial bagi seorang KSAD. Seorang KSAD harus mampu meningkatkan Integritas, kecakapan dan kompetensi, hingga kepatuhan hukum prajurit, khususnya bagi mereka yang diterjunkan di daerah konflik agar mampu menjalankan tugas yang senafas dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam soal modernisasi Alutsista, seorang KSAD harus mampu melakukan modernisasi Alutsista hingga mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi zaman yang sudah berbasis 4.0.
Biografi Kecil Dudung
Dalam bursan calon Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), nama Letnan Jenderal Dudung Abdurachman adalah salah satu nama yang paling populer diantara nama-nama Jenderal bintang tiga lainnya. Selain populer di telinga masyarakat dan juga pengamat, nama mantan Pangdam Jaya ini juga dikenal oleh banyak anggota Parlemen hingga Istana Negara, dalam hal ini Presiden Joko Widodo.
Tak hanya terkenal atau ngepop, track record atau rekam jejak Dudung sebagai Perwira TNI pun terbilang sangat baik. Dirinya pernah tercatat sebagai Wakil Gubernur Akademi Militer (Akmil) pada tahun 2015, Staf khusus KSAD dan Wakil Asisten Teritorial (Waaster) Kasad, sebagai Gubernur Akmil 2020, menjadi Pangdam Jaya pada tahun 2020, dan kemudian menjadi Pangkostrad TNI AD hingga saat ini.
Selain pernah mengisi sejumlah jabatan strategis di tubuh TNI Angkatan Darat, Letjen Dudung dikenal sebagai figur yang sangat nasionalis, humanis, sederhana dan berani pasang badan bila ada pihak-pihak yang berupaya mengancaman NKRI. Sikap heroiknya yang menonjol ini bukan suatu yang artifisial atau rekayasa, melainkan dibentuk dengan kerasnya pengalaman hidup yang diterimanya sejak kecil.
Dalam sebuah wawancara, Dudung mengaku tumbuh besar di lingkungan yang sangat sederhana. Ayahnya adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) meninggal dunia sejak Dudung masih SMP. Ayahnya meninggalkan seorang istri dan delapan orang anak. Selepas kepergian sang Ayah, Dudung harus terjun membantu ibunya. Sejak duduk dibangku SMA, dirinya pernah menjadi Loper Koran hingga penjual makanan keliling di seputaran asrama Kodam III Siliwangi, Jawa Barat.
Dalam soal kesederhanaan, Letjen Dudung barangkali adalah salah satu perwira TNI berpangkat Letjen yang tidak memiliki kekayaan yang besar. Sejak dirinya ditunjuk sebagai Pangkostrad, Letjen Dudung hanya miliki kekayaan senilai Rp. 1.085.464.275. Hal itu ditegaskan dalam Laporan Harta Kekayaan Negara (LHKPN) yang dilaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi [KPK] pada tanggal 21 Februari 2021. Selain itu, Dudung tercatat memiliki dua aset berupa tanah dan bangunan yang merupakan hasil sendiri senilai Rp. 640 Juta.
Penjaga Pancasila
Akrabnya nama Letjen Dudung di telinga masyarakat, pengamat dan juga Presiden kita, Joko Widodo memiliki alasan yang sangat logis. Letjen Dudung dikenal sebagai figur Perwira yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap persoalan-persoalan yang mengancam stabilitas negara dari praktik-praktik infiltrasi ideologi import yang disebarluaskan oleh orang-orang yang anti Pancasila. Yang paling viral dan basah di ingatan masyarakat luas adalah ketika Letjen Dudung menjabat sebagai Pangdam Jaya. Pada saat itu Letjen Dudung secara terang-terangan mengecam dan mengusulkan pembubaran ormas radikal tersebut. Dan usulan Dudung tersebut akhirnya menjadi kenyataan.
De facto, ancaman terhadap ideologi Pancasila sebagai pedoman hidup masyarakat bukanlah sekedar ‘isapan jempol’. Kelompok-kelompok radikal ekstrem telah melakukan sejumlah upaya untuk merubah Arah Pikiran Bangsa. Eksistensi gerakan bawah tanah kelompok radikal ekstrem ini akan menjadi masif bila dibiarkan. Dan pada posisi ini masyarakat sangat membutuhkan figur Prajurit yang mampu mengantisipasi merebaknya kelompok-kelompok tersebut. Dan tak salah mengapa nama Letjen Dudung Abdurachman kemudian menjadi ‘ngepop’ di ingatan masyarakat dalam persoalan ini.
Tulisan ini pada dasarnya ditujukan bukan untuk mengekstrapolasi atau melebih-lebihkan figur Letjen Dudung. Tulisan ini hanyalah fragmen atau kepingan kecil yang disusun dari sejumlah sumber terpercaya untuk menimbang ‘Kehendak Masyarakat’ dalam hal regenerasi kepemimpinan TNI AD, khususnya Jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang akan segera ditinggalkan Jenderal Andika Perkasa yang sebentar lagi akan memasuki fase Fit and Proper Test sebagai calon Panglima TNI di Gedung Senayan.
Munculnya nama Letjen Dudung sebagai salah satu calon penerus Jenderal Andika Perkasa, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) di media massa, tentu memiliki sejumlah alasan kuat yang bisa dipertanggungjawabkan. Karena bagaimanapun posisi ini [KSAD] harus dilabuhkan kepada figur yang memiliki pengalaman, kapasitas dan integritas moral yang kuat. Dan tak salah mengapa masyarakat lebih memilih Letjen Dudung sebagai Calon Penerus Jenderal Andika Perkasa.
(sra)